Selasa, 19 April 2011

Gangguan Anatomi (Anatomical Disorders).isahanisah

Faloppian Tubes Damage (kerusakan pada tuba fallopi)
Tuba Fallopi, yang dikenal juga sebagai oviduk atau buluh rahim, adalah dua buah saluran yang sangat halus dan tipis sebesar ujung pensil, yang menghubungkan telur dengan rahim. Karena struktur tersebut, maka saluran ini dapat dengan mudah menjadi tersumbat. Tuba fallopi panjangnya berkisar antara 7 hingga 14 cm. Ketika sebuah sel telur (ovum) berkembang dalam sebuah indung telur (ovarium), ia diselubungi oleh sebuah lapisan yang dikenal dengan nama follikel ovarium. Pada saat ovum mengalami kematangan, folikel dan dinding ovarium akan runtuh, membuat ovum dapat berpindah dan memasuki Tuba Fallopi. Dari sana perjalanan dilanjutkan ke arah rahim, dengan bantuan pergerakan dari bulu-bulu tipis pada bagian dalam tuba/saluran ini. Perjalanan ini menghabiskan waktu berjam-jam atau bahkan berhari-hari. Jika ovum dibuahi ketika berada di dalam Tuba Fallopi, maka ia akan menempel secara normal di dalam endometrium ketika mencapai rahim, yang merupakan pertanda terjadinya kehamilan. Terkadang embrio bukannya menempel pada rahim namun menempel pada Tuba Fallopi sehingga menghasilkan kehamilan ektopik, yang lebih dikenal dengan “kehamilan di luar kandungan.”
Penyakit radang panggul (Pelvic Inflammatory Disease-PID) yaitu penyakit yang ditularkan karena hubungan seksual yang disebabkan oleh bakteri mikro-organisme seperti gonococci, klamidia, gonorea, mikoplasma, stafilokokus, steptokokus atau patogen lain, adalah merupakan penyebab utama ketidaksuburan pada Tuba Fallopi. Peradangan biasanya disebabkan oleh infeksi bakteri, dimana bakteri masuk melalui vagina dan bergerak ke rahim lalu ke tuba fallopi. Penularan yang utama terjadi melalui hubungan seksual, tetapi bakteri juga bisa masuk ke dalam tubuh setelah prosedur kebidanan/kandungan (misalnya pemasangan IUD, persalinan, keguguran, aborsi dan biopsi endometrium). Tindak lanjut studi pada kesuburan perempuan dengan laparoscopically didokumentasikan PID (di mana dokter secara langsung melihat rahim, saluran telur ke kandungan rahim dan rongga panggul) menunjukkan bahwa untuk setiap episode infeksi, setidaknya ada resiko 10% yang mengakibatkan ketidaksuburan pada perempuan. Terlepas dari jenis mikro-organisme yang menyebabkan infeksi. Efek terlihat bertambah, dengan risiko ketidaksuburan pada Tubal dua kali lipat setelah episode infeksi PID yang kedua.
Perbandingan dari tuba fallopi yang normal dan inflamed
Saat ini gonore tetap yang paling umum sebagai penyebab PID, infeksi klamidia yang semakin sering terjadi, kini menjadi penyebab kedua yang paling umum pada ketidaksuburan tuba fallopi. Tiga dari empat perempuan dengan ketidaksuburan pada tuba fallopi adalah seropositive untuk klamidia dibandingkan dengan 1 dari 4 perempuan subur. Ada kemungkinan bahwa infeksi Chlamydia semakin menjadi-jadi karena organisme menjadi tahan terhadap banyak obat yang digunakan untuk pengobatan gonorea dan obat-obatan itu sering ‘dipilih’ dan digunakan secara tidak tepat karena bakteri belum di diagnosa yang tepat.
Sejarah salpingitis (radang tuba fallopi) adalah yang tertinggi terkait dengan relatif risiko ketidaksuburan. Kira-kira satu sampai tiga perempuan menunjukkan hasil evaluasi ketidaksuburan yang memperlihatkan tanda-tanda dan gejala bahwa masalah itu disebabkan berkenaan dgn kandungan atau tuba fallopi yang abnormal. Tuba fallopi yang mengalami penyumbatan atau menjadi rusak dapat mengurangi kesuburan dengan mencegah sperma mencapai telur atau mencegah telur mencapai rahim.
Ketidaksuburan pada tuba fallopi juga dapat timbul setelah terjadinya infeksi keguguran, infeksi pada saat melahirkan anak, radang selaput perut atau operasi. Kemandulan yang disebabkan oleh beberapa faktor-faktor ini sebagian dapat dicegah. Ketidaksuburan pada tuba fallopi kadang-kadang dapat ditindak dengan melakukan operasi, tetapi jika hal ini tidak memungkinkan, atau jika operasi ini gagal, IVF (In Vitro Fertilisation) atau program bayi tabung mungkin merupakan sebuah solusi. Operasi tuba fallopi merupakan prosedur yang melibatkan anestesi secara umum dan seringkali berlangsung selama beberapa jam. Operasi biasanya dilakukan dengan bantuan mikroskop. Keberhasilan dari operasi sekitar 45% kalau masalahnya ada pada akhir saluran tuba, tetapi hanya 20-25% bila masalahnya pada penyumbatan fimbrial di ujung saluran tuba fallopi, dekat dengan ovaries.

Ovaries (indung telur)
Perempuan mempunyai dua buah ovarium yang berfungsi memproduksi sel telur dan mengeluarkan hormon. Tumor adalah gangguan yang paling umum yang terjadi pada ovarium. Tumor tersebut dapat berupa solid tumor atau berisi cairan. Sebagian besar tumor pada indung telur adalah tumor jinak (94%) dan termasuk di dalamnya cysts, cystadenomas, teratomas, endometriomas dan fibromas. Tumor jinak dapat menjadi sangat besar dan dapat dideteksi oleh rabaan atau bahkan dengan pemeriksaan visual. Tumor tersebut hanya memerlukan tindakan operasi jika mengakibatkan gejala-gejala sebagai akibat dari tekanan atau sumbatan.
Sekitar 6% dari tumor di indung telur adalah karsinoma ganas yang berasal dari sel-sel epithelial. Kebanyakan dari kanker indung telur ini membutuhkan waktu yang lama untuk mendeteksinya, karena sering menyebabkan gejala yang non-spesifik sehingga memperlambat diagnosa, dan biasanya sudah dalam tahap atau stadium yang tinggi. Hal inilah yang menjadi alasan mengapa kanker indung telur menjeadi penyebab kematian yang lebih tinggi dibandingkan dengan kanker rahim dan endometrial, walaupun jauh lebih sedikit dibandingkan dengan kanker ginekologi yang lain. Tumor ganas diperlakukan dengan operasi dan kemoterapi. Apabila digabung dengan obat-obatan oral, bahkan untuk waktu yang relatif singkat, telah menunjukkan pengurangan risiko kanker ovarian pada jangka waktu yang panjang.
Gangguan pada indung telur yang umum lainnya adalah polycystic ovary syndrome (PCOS). Lihat pada tulisan mengenai penyebab ketidaksuburan pada perempuan atau Ovulatory Disorder.
Endometriosis
Endometriosis merupakan kondisi di mana jaringan endometrium meningkat pesat dan menyebar di luar rahim. Penjelasan lebih detail mengenai endometriosis dapat dilihat dalam tulisan Endometriosis.

Berikut ini menggambarkan bagian yang biasanya terjadi endometriosis.
Gejala-gejala endometriosis dapat berupa nyeri haid yang teramat parah. Namun, tidak ada hubungannya antara gejala yang parah dengan sejauh mana penyakit ini menyebar. Beberapa pasien dengan endometriosis yang luas mungkin tidak mengalami gejala seperti itu. Pada perempuan dengan endometriosis yang parah, yang tidak respons terhadap terapi obat dan yang mengalami kontra indikasi terhadap operasi, pilihan terbaiknya mungkin dibantu dengan menggunakan teknik reproduksi seperti superovulation dan pembuahan intrauterine (intrauterine insemination-IUI) atau bayi tabung (in vitro fertilisation-IVF).

1 komentar: