Sabtu, 16 April 2011

Untuk Download Askep

Askep NtIEHedc/AML
Askep AMPUTASI
Askep ANEMIA
Askep ABORTUS
Askep ANTENATALCARE
Askep APENDIKSITIS
Askep MuaA__H5/ARITMIA
 ASFIKSIA_MEKONIUM
 Askep ASDVSD
Askep ASMA_BRONCHIAL
ASUHAN_KEPERAWATAN_ATRESIA_ANI
 Askep BATU_GINJAL
 Askep BATU_SALURAN_KENCING 
Askep BAYI_LAHIR_SEHAT
Askep GANGGUAN_SISTEM_PERKEMIHAN
Askep GAGAL_NAFAS_ANAK
Askep GE_ANAK

ASUHAN KEPERAWATAN PERITONITIS


ASUHAN KEPERAWATAN PERITONITIS



PENGERTIAN
Peradangan peritoneum, suatu lapisan endotelial tipis yang kaya akan vaskularisasi dan aliran limpa.
ETIOLOGI
1. Infeksi bakteri
* Mikroorganisme berasal dari penyakit saluran gastrointestinal
* Appendisitis yang meradang dan perforasi
* Tukak peptik (lambung / dudenum)
* Tukak thypoid
* Tukan disentri amuba / colitis
* Tukak pada tumor
* Salpingitis
* Divertikulitis
Kuman yang paling sering ialah bakteri Coli, streptokokus ยต dan b hemolitik, stapilokokus aurens, enterokokus dan yang paling berbahaya adalah clostridium wechii.
2. Secara langsung dari luar.
* Operasi yang tidak steril
* Terkontaminasi talcum venetum, lycopodium, sulfonamida, terjadi peritonitisyang disertai pembentukan jaringan granulomatosa sebagai respon terhadap benda asing, disebut juga peritonitis granulomatosa serta merupakan peritonitis lokal.
* Trauma pada kecelakaan seperti rupturs limpa, ruptur hati
* Melalui tuba fallopius seperti cacing enterobius vermikularis. Terbentuk pula peritonitis granulomatosa.
3. Secara hematogen sebagai komplikasi beberapa penyakit akut seperti radang saluran pernapasan bagian atas, otitis media, mastoiditis, glomerulonepritis. Penyebab utama adalah streptokokus atau pnemokokus.
GEJALA DAN TANDA
* Syok (neurogenik, hipovolemik atau septik) terjadi pada beberpa penderita peritonitis umum.
* Demam
* Distensi abdomen
* Nyeri tekan abdomen dan rigiditas yang lokal, difus, atrofi umum, tergantung pada perluasan iritasi peritonitis.
* Bising usus tak terdengar pada peritonitis umum dapat terjadi pada daerah yang jauh dari lokasi peritonitisnya.
* Nausea
* Vomiting
* Penurunan peristaltik.
PATOFISIOLOGI
Peritonitis disebabkan oleh kebocoran isi rongga abdomen ke dalam rongga abdomen, biasanya diakibatkan dan peradangan iskemia, trauma atau perforasi tumor, peritoneal diawali terkontaminasi material.
Awalnya material masuk ke dalam rongga abdomen adalah steril (kecuali pada kasus peritoneal dialisis) tetapi dalam beberapa jam terjadi kontaminasi bakteri. Akibatnya timbul edem jaringan dan pertambahan eksudat. Caiaran dalam rongga abdomen menjadi keruh dengan bertambahnya sejumlah protein, sel-sel darah putih, sel-sel yang rusak dan darah.
Respon yang segera dari saluran intestinal adalah hipermotil tetapi segera dikuti oleh ileus paralitik dengan penimbunan udara dan cairan di dalam usus besar.
TEST DIAGNOSTIK
1. Test laboratorium
* Leukositosis
* Hematokrit meningkat
* Asidosis metabolik
2. X. Ray
* Foto polos abdomen 3 posisi (anterior, posterior, lateral), didapatkan :
* Illeus merupakan penemuan yang tak khas pada peritonitis.
* Usus halus dan usus besar dilatasi.
* Udara bebas dalam rongga abdomen terlihat pada kasus perforasi.
PROGNOSIS
* Mortalitas tetap tinggi antara 10 % - 40 %.
* Prognosa lebih buruk pada usia lanjut dan bila peritonitis sudah berlangsung lebih dari 48 jam.
* Lebih cepat diambil tindakan lebih baik prognosanya.
LAPARATOMI
Pengertian
Pembedahan perut sampai membuka selaput perut.
Ada 4 cara, yaitu;
1. Midline incision
2. Paramedian, yaitu ; sedikit ke tepi dari garis tengah (± 2,5 cm), panjang (12,5 cm).
3. Transverse upper abdomen incision, yaitu ; insisi di bagian atas, misalnya pembedahan colesistotomy dan splenektomy.
4. Transverse lower abdomen incision, yaitu; insisi melintang di bagian bawah ± 4 cm di atas anterior spinal iliaka, misalnya; pada operasi appendictomy.
Indikasi
1. Trauma abdomen (tumpul atau tajam) / Ruptur Hepar.
2. Peritonitis
3. Perdarahan saluran pencernaan.(Internal Blooding)
4. Sumbatan pada usus halus dan usus besar.
5. Masa pada abdomen
Komplikasi
1. Ventilasi paru tidak adekuat
2. Gangguan kardiovaskuler : hipertensi, aritmia jantung.
3. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit.
4. Gangguan rasa nyaman dan kecelakaan
Latihan-latihan fisik
Latihan napas dalam, latihan batuk, menggerakan otot-otot kaki, menggerakkan otot-otot bokong, Latihan alih baring dan turun dari tempat tidur. Semuanya dilakukan hari ke 2 post operasi.
POST LAPARATOMI
Perawatan post laparatomi adalah bentuk pelayanan perawatan yang diberikan kepada pasien-pasien yang telah menjalani operasi pembedahan perut.
Tujuan perawatan post laparatomi;
1. Mengurangi komplikasi akibat pembedahan.
2. Mempercepat penyembuhan.
3. Mengembalikan fungsi pasien semaksimal mungkin seperti sebelum operasi.
4. Mempertahankan konsep diri pasien.
5. Mempersiapkan pasien pulang.
Komplikasi post laparatomi;
1. Gangguan perfusi jaringan sehubungan dengan tromboplebitis.
Tromboplebitis postoperasi biasanya timbul 7 - 14 hari setelah operasi. Bahaya besar tromboplebitis timbul bila darah tersebut lepas dari dinding pembuluh darah vena dan ikut aliran darah sebagai emboli ke paru-paru, hati, dan otak.
Pencegahan tromboplebitis yaitu latihan kaki post operasi, ambulatif dini dan kaos kaki TED yang dipakai klien sebelum mencoba ambulatif.
2. Buruknya intergriats kulit sehubungan dengan luka infeksi.
Infeksi luka sering muncul pada 36 - 46 jam setelah operasi. Organisme yang paling sering menimbulkan infeksi adalah stapilokokus aurens, organisme; gram positif. Stapilokokus mengakibatkan pernanahan.
Untuk menghindari infeksi luka yang paling penting adalah perawatan luka dengan memperhatikan aseptik dan antiseptik.
3. Buruknya integritas kulit sehubungan dengan dehisensi luka atau eviserasi.
Dehisensi luka merupakan terbukanya tepi-tepi luka.
Eviserasi luka adalah keluarnya organ-organ dalam melalui insisi.
Faktor penyebab dehisensi atau eviserasi adalah infeksi luka, kesalahan menutup waktu pembedahan, ketegangan yang berat pada dinding abdomen sebagai akibat dari batuk dan muntah.
Proses penyembuhan luka
* Fase pertama
Berlangsung sampai hari ke 3. Batang lekosit banyak yang rusak / rapuh. Sel-sel darah baru berkembang menjadi penyembuh dimana serabut-serabut bening digunakan sebagai kerangka.
* Fase kedua
Dari hari ke 3 sampai hari ke 14. Pengisian oleh kolagen, seluruh pinggiran sel epitel timbul sempurna dalam 1 minggu. Jaringan baru tumbuh dengan kuat dan kemerahan.
* Fase ketiga
Sekitar 2 sampai 10 minggu. Kolagen terus-menerus ditimbun, timbul jaringan-jaringan baru dan otot dapat digunakan kembali.
* Fase keempat
Fase terakhir. Penyembuhan akan menyusut dan mengkerut.
Intervensi untuk meningkatkan penyembuhan
1. Meningkatkan intake makanan tinggi protein dan vitamin c.
2. Menghindari obat-obat anti radang seperti steroid.
3. Pencegahan infeksi.
Pengembalian Fungsi fisik.
Pengembalian fungsi fisik dilakukan segera setelah operasi dengan latihan napas dan batuk efektf, latihan mobilisasi dini.
Mempertahankan konsep diri.
Gangguan konsep diri : Body image bisa terjadi pada pasien post laparatomy karena adanya perubahan sehubungan dengan pembedahan. Intervensi perawatan terutama ditujukan pada pemberian support psikologis, ajak klien dan kerabat dekatnya berdiskusi tentang perubahan-perubahan yang terjadi dan bagaimana perasaan pasien setelah operasi.
Pengkajian
Perlengkapan yang dilakukan pada pasien post laparatomy, adalah;
1. Respiratory
* Bagaimana saluran pernapasan, jenis pernapasan, bunyi pernapasan.
2. Sirkulasi
* Tensi, nadi, respirasi, dan suhu, warna kulit, dan refill kapiler.
3. Persarafan : Tingkat kesadaran.
4. Balutan
* Apakah ada tube, drainage ?
* Apakah ada tanda-tanda infeksi?
* Bagaimana penyembuhan luka ?
5. Peralatan
* Monitor yang terpasang.
* Cairan infus atau transfusi.
6. Rasa nyaman
* Rasa sakit, mual, muntah, posisi pasien, dan fasilitas ventilasi.
7. Psikologis : Kecemasan, suasana hati setelah operasi.
Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan rasa nyaman, abdomen tegang sehubungan dengan adanya rasa nyeri di abdomen.
2. Potensial terjadinya infeksi sehubungan dengan adanya sayatan / luka operasi laparatomi.
3. Potensial kekurangan caiaran sehubungan dengan adanya demam, pemasukkan sedikit dan pengeluaran cairan yang banyak.
Tindakan keperawatan post operasi:
1. Monitor kesadaran, tanda-tanda vital, CVP, intake dan output
2. Observasi dan catat sifat darai drain (warna, jumlah) drainage.
3. Dalam mengatur dan menggerakan posisi pasien harus hati-hati, jangan sampai drain tercabut.
4. Perawatan luka operasi secara steril.
Evaluasi
1. Tanda-tanda peritonitis menghilang yang meliputi :
* Suhu tubuh normal
* Nadi normal
* Perut tidak kembung
* Peristaltik usus normal
* Flatus positif
* Bowel movement positif
2. Pasien terbebas dari rasa sakit dan dapat melakukan aktifitas.
3. Pasien terbebas dari adanya komplikasi post operasi.
4. Pasien dapat mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit dan mengembalikan pola makan dan minum seperti biasa.
5. Luka operasi baik.

 DAFTAR KEPUSTAKAAN
Dr. Sutisna Himawan (editor). Kumpulan Kuliah Patologi. FKUI
Brunner / Sudart. Texbook of Medical Surgical Nursing Fifth edition IB. Lippincott Company. Philadelphia. 1984.
Soeparman, dkk. Ilmu Penyakit Dalam : Balai Penerbit FKUI, Jakarta, 1987, Edisi II.

ASUHAN KEPERAWATAN FRAKTUR OS.MANDIBULARIS


ASUHAN KEPERAWATAN FRAKTUR OS.MANDIBULARIS

DEFiNISI

Rusaknya kontinuitas tulang mandibular yang dapat disebabkan oleh trauma baik secara langsung atau tidak langsung.

PATOFISIOLOGI

Penyebab fraktur adalah trauma

Fraktur patologis; fraktur yang diakibatkan oleh trauma minimal atau tanpa trauma berupa yang disebabkan oleh suatu proses., yaitu :
* Osteoporosis Imperfekta
* Osteoporosis
* Penyakit metabolik

TRAUMA

Trauma, yaitu benturan pada tulang. Biasanya penderita terjatuh dengan posisi dagu langsung terbentur dengan benda keras (jalanan).
TANDA DAN GEJALA
* Nyeri hebat di tempat fraktur
* Tak mampu menggerakkan dagu bawah
* Diikuti tanda gejala fraktur secara umum, seperti : fungsi berubah, bengkak, kripitasi, sepsis pada fraktur terbuka, deformitas.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
* X.Ray
* Bone scans, Tomogram, atau MRI Scans
* Arteriogram : dilakukan bila ada kerusakan vaskuler.
* CCT kalau banyak kerusakan otot.
PENATALAKSANAAN MEDIK
* Konservatif : Immobilisasi, mengistirahatkan daerah fraktur.
* Operatif : dengan pemasangan Traksi, Pen, Screw, Plate, Wire ( tindakan Asbarg)
RENCANA KEPERAWATAN
Prioritas Masalah
* Mengatasi perdarahan
* Mengatasi nyeri
* Mencegah komplikasi
* Memberi informasi tentang kondisi, prognosis, dan pengobatan
NO
DX. KEPERAWATAN
INTERVENSI
RASIONAL
1.
Potensial terjadinya syok sehubungan dengan perdarah-an yang banyak
INDENPENDEN:
* Observasi tanda-tanda vital.
* Mengkaji sumber, lokasi, dan banyaknya per darahan
* Memberikan posisi supinasi
* Memberikan banyak cairan (minum)
KOLABORASI:
* Pemberian cairan per infus
* Pemberian obat koagulan sia (vit.K, Adona) dan penghentian perdarahan dengan fiksasi.
* Pemeriksaan laboratorium (Hb, Ht)
* Untuk mengetahui tanda-tanda syok sedini mungkin
* Untuk menentukan tindakan
* Untuk mengurangi per darahan dan mencegah kekurangan darah ke otak.
* Untuk mencegah kekurangan cairan
(mengganti cairan yang hilang)
* Pemberian cairan per infus.
* Membantu proses pembekuan darah dan untuk meng hentikan perdarahan.
* Untuk mengetahui kadar Hb, Ht apakah perlu transfusi atau tidak.
2.
Gangguan rasa nyaman:
Nyeri sehubungan dengan perubahan fragmen tulang, luka pada jaringan lunak, pemasangan back slab, stress, dan cemas
INDEPENDEN:
* Mengkaji karakteristik nyeri : lokasi, durasi, intensitas nyeri dengan meng-gunakan skala nyeri (0-10)
* Mempertahankan immobilisasi (back slab)
* Berikan sokongan (support) pada ektremitas yang luka.
* Menjelaskan seluruh prosedur di atas
KOLABORASI:
* Pemberian obat-obatan analgesik
* Untuk mengetahui tingkat rasa nyeri sehingga dapat menentukan jenis tindak annya.
* Mencegah pergeseran tulang dan penekanan pada jaringan yang luka.
* Peningkatan vena return, menurunkan edem, dan me ngurangi nyeri.
* Untuk mempersiapkan mental serta agar pasien be-partisipasi pada setiap tindakan yang akan dilakukan.
* Mengurangi rasa nyeri
3.
Potensial infeksi sehubungan dengan luka terbuka.
INDEPENDEN:
* Kaji keadaan luka (kontinuitas dari kulit) terhadap adanya: edema, rubor, kalor, dolor, fungsi laesa.
* Anjurkan pasien untuk tidak memegang bagian yang luka.
* Merawat luka dengan meng-gunakan tehnik aseptik
* Mewaspadai adanya keluhan nyeri mendadak, keterbatasan gerak, edema lokal, eritema pada daerah luka.
KOLABORASI:
* Pemeriksaan darah : leokosit
Pemberian obat-obatan :
* antibiotika dan TT (Toksoid Tetanus)
* Persiapan untuk operasi sesuai indikasi
* Untuk mengetahui tanda-tanda infeksi.
* Meminimalkan terjadinya kontaminasi.
* Mencegah kontaminasi dan kemungkinan infeksi silang.
* Merupakan indikasi adanya osteomilitis.
* Lekosit yang meningkat artinya sudah terjadi proses infeksi
* Untuk mencegah kelanjutan terjadinya infeksi dan pencegahan tetanus.
* Mempercepat proses penyembuhan luka dan dan penyegahan peningkatan infeksi.
4.
Gangguan aktivitas s/d keru-sakan neuromuskuler skeletal, nyeri, immobilisasi.
INDEPENDEN:
* Kaji tingkat immobilisasi yang disebabkan oleh edema dan persepsi pasien tentang immobilisasi tersebut.
* Mendorong partisipasi dalam aktivitas rekreasi (menonton TV, membaca koran dll ).
* Menganjurkan pasien untuk melakukan latihan pasif dan aktif pada yang cedera maupun yang tidak.
* Membantu pasien dalam perawatan diri
* Auskultasi bising usus, monitor kebiasaan eliminasi dan menganjurkan agar b.a.b. teratur.
* Memberikan diit tinggi protein , vitamin , dan mineral.
KOLABORASI :
* Konsul dengan bagian fisioterapi
* Pasien akan membatasi gerak karena salah persepsi (persepsi tidak proporsional)
* Memberikan kesempatan untuk mengeluarkan energi, memusatkan perhatian, meningkatkan perasaan me-ngontrol diri pasien dan membantu dalam mengurangi isolasi sosial.
* Meningkatkan aliran darah ke otot dan tulang untuk meningkatkan tonus otot, mempertahankan mobilitas sendi, mencegah kontraktur / atropi dan reapsorbsi Ca yang tidak digunakan.
* Meningkatkan kekuatan dan sirkulasi otot, meningkatkan pasien dalam mengontrol situasi, meningkatkan kemauan pasien untuk sembuh.
* Bedrest, penggunaan analgetika dan perubahan diit dapat menyebabkan penu-runan peristaltik usus dan konstipasi.
* Mempercepat proses penyembuhan, mencegah penurunan BB, karena pada immobilisasi biasanya terjadi penurunan BB
* Untuk menentukan program latihan.
5.
Kurangnya pengetahuan ttg kondisi, prognosa, dan pengo- batan sehubungan dengan kesalahan dalam pe- nafsiran, tidak familier dengan sumber in- formasi.
INDEPENDEN:
* Menjelaskan tentang kelainan yg muncul prognosa, dan harapan yang akan datang.
* Memberikan dukungan cara-cara mobilisasi dan ambulasi sebagaimana yang dianjurkan oleh bagian fisioterapi.
* Memilah-milah aktifitas yg bisa mandiri dan yang harus dibantu.
* Mengidentifikasi pelayanan umum yang tersedia seperti team rehabilitasi, perawat keluarga (home care)
* Mendiskusikan tentang perawatan lanjutan.
* Pasien mengetahui kondisi saat ini dan hari depan sehingga pasien dapat menentu kan pilihan..
* Sebagian besar fraktur memerlukan penopang dan fiksasi selama proses pe- nyembuhan shg keterlambatan penyembuhan disebabkan oleh penggunaan alat bantu yang kurang tepat.
* Mengorganisasikan kegiatan yang diperlu kan dan siapa yang perlu menolongnya (apakah fisioterapist, perawat atau ke- luarga).
* Membantu mengfasilitasi perawatan mandiri memberi support untuk mandiri.
* Penyembuhan fraktur tulang kemungkinan lama (kurang lebih 1 tahun) sehingga perlu disiapkan untuk perencanaan perawatan lanjutan dan pasien kooperatif.

DAFTAR KEPUSTAKAAN
Doenges M.E. (1989) Nursing Care Plan, Guidlines for Planning Patient Care (2 nd ed ). Philadelpia, F.A. Davis Company.
Long; BC and Phipps WJ (1985) Essential of Medical Surgical Nursing : A Nursing Process Approach St. Louis. Cv. Mosby Company.